1. Menurut Schertzer dan Stone (1980)
Konseling
adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi
antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya,
mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang
diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
2. Prayitno dan Erman Amti (2004:105)
Konseling
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien.
3. Menurut Jones (1951)
Konseling
adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa
difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan.
Dimana ia diberi panduan pribadi dan langsung dalam pemecahan untuk lkien.
Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk
memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.
4. Menurut A.C. English dalam Shertzer
& Stone (1974)
Konseling
merupakan proses dalam mana konselor membantu konseli (klien) membuat
interprestasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana,
atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.
5. Menurut APGA (American Personel
Guidance Association) dalam Prayitno (1987 : 25)
Konseling
adalah hubungan antara seorang individu yang memerlukan bantuan untuk mengatasi
kecemasannya yang masih bersifat normal atau konflik atau masalah pengambilan
keputusan.
6. Menurut Talbert (1959)
Konseling
adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam
mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang
dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk
memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa
depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi
untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat
belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan
yang akan datang.
7. Menurut Cavanagh,
Konseling
merupakan “a relationship between a trained helper and a person seeking help in
which both the skills of the helper and the atmosphere that he or she creates
help people learn to relate with themselves and others in more growth-producing
ways.” Hubungan antara seorang penolong yang terlatih dan seseorang yang
mencari pertolongan, di mana keterampilan si penolong dan situasi yang
diciptakan olehnya menolong orang untuk belajar berhubungan dengan dirinya
sendiri dan orang lain dengan terobosan-terobosan yang semakin bertumbuh
(growth-producing ways)
8. Menurut Tohari Musnawar (1992)
Konseling
dalam Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari
kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras
dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga mencapai kebahagiaan di dunia dan
diakhirat. Kesemuanya berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sebab
keduanya merupakan sumber pedoman kehidupan umat Islam.
9. Menurut ASCA (American School
Conselor Association)
Konseling
adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan
dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Konselor mempergunakan
pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu klien mengatasi
masalah-masalahnya.
10. Menurut Pepinsky & Pepinsky,
dalam Schertzer dan Stone (1974)
Konseling
merupakan interaksi yang (a) terjadi antara dua orang individu ,masing-masing
disebut konselor dan klien ; (b) terjadi dalam suasana yang profesional (c)
dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudah kan perubahan-perubahan dalam
tingkah laku klien.
11. Menurut Smith dalam Sertzer &
Stone (1974)
Konseling
merupakan proses dalam mana konselor membantu konseli (klien) membuat
interprestasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana,
atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.
12. Menurut Division of Conseling
Psychology
Konseling
merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan
perkembangan dirinya dan untuk mencapai perkembangan yang optimal kemampuan
pribadi yang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu.
13. Menurut Blocher dalam Shertzer &
Stone (1969)
Konseling
adalah membantu individu agar dapat menyadari dirinya sendiri dan memberikan
reaksi terhadap pengaruh-pengrauh lingkungan yang diterimanya, selanjutnya,
membantu yang bersangkutan menentukan beberapa makna pribadi bagi tingkah laku
tersebut dan mengembangkan serta memperjelas tujuan-tujuan dan nilai-nilai
untuk perilaku dimasa yang akan datang.
14. Menurut Berdnard & Fullmer
(1969)
Konseling
merupakan pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan
kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari individu dan
membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketiga hal tersebut.
15. Menurut Lewis, dalam Shertzer &
Stone (1974)
Konseling
adalah proses mengenai seseorang individu yang sedang mengalami masalah (klien)
dibantu untuk merasa dan bertingkah laku dalam suasana yang lebih menyenangkan
melalui interaksi dengan seseorang yang bermasalah yang menyediakan informasi
dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan tingkah laku yang
memungkinkan kliennye berperan secara lebih efektif bagi dirinya sendiri dan
lingkungannya.
16. Menurut Pietrofesa
Konseling
merupakan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan
pemberian kesempatan dari konselor kepada konseli.
17. Menurut Winkell (2005 : 34)
Konseling
merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu
konseli / klien secara tatap muka langsung dengan tujuan agar klien dapat
mengambil tanggung jawab sendiri terhadap bebagai persoalan atau masalah khusus
maka masalah yang dihadapi oleh klien dapat teratasi semuanya.
B. Tujuan
Konseling
Secara
umum tujuan konseling adalah agar klien dapat mengubah perilakunya ke arah yang
lebih maju (progressive behavior changed), melalui terlaksananya tugas-tugas
perkembangan secara optimal, kemandirian dan kebahagiaan hidup. Secara khusus
tujuan konseling tergantung dari masalah yang dihadapi oleh masing-masing klien.
Berikut
adalah beberapa tujuan konseling (McLeod, 2008:13-14):
1. Pemahaman.
Adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan emosional mengarah
pada peningkatan kapasitas untuk lebih memilih control rasional daripada
perasaan dan tindakan.
2. Hubungan
dengan orang lain. Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan
yang bermakna dan memuaskan dengan orang lain
3. Kesadaran
diri. Menjadi lebih peka terhadap perasaan dan pemikiran yang selama ini
ditahan atau ditolak.
4. Penerimaan
diri. Pengembangan sikap positif terhadap diri, yang ditandai oleh kemampuan
menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subyek kritik dan penolakan.
5. Pemecahan
masalah. Menemukan pemecahan masalah tertentu yang tidak bias diselesaikan oleh
konseli sendiri.
6. Aktualisasi
diri atau individuasi. Pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau pemenuhan
integrasi bagian diri yang sebelumnya saling bertentangan.
7. Pendidikan
psikologi. Membuat konseli mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami dan
tingkah laku.
8. Keterampilan
sosial. Mempelajari dan menguasai keterampilan sosial dan interpersonal.
9. Perubahan
kognitif. Mengganti kepercayaan yang irasional dan pola pemikiran yang tidak
dapat diadaptasi, yang diasosiasikan dengan tingkah laku penghancur.
10. Perubahan
tingkah laku. Mengganti perilaku yang maladaptif.
11. Perubahan
sistem. Memperkenalkan perubahan dengan cara beroperasinya sistem sosial.
12. Penguatan.
Berkenaan dengan keterampilan, kesadaran, dan pengetahuan yang akan membuat
konseli mampu mengontrol kehidupannya.
13. Restitusi.
Membantu konseli membuat perubahan kecil terhadap perilaku yang merusak.
14. Reproduksi
dan aksi sosial. Menginspirasikan dalam diri seseorang hasrat dan kapasitas
untuk peduli kepada orang lain, membagi pengetahuan, dan mengontribusikan
k.ebaikan bersama melalui kesepakatan politik dan kerja komunitas.
A. Definisi Psikoterapi Menurut Para
Ahli
Menurut Carl Jung, psikoterapi telah melampaui
asal-usul medisnya dan tidak lagi merupakan suatu metode perawatan orang sakit.
Psikoterapi kini juga digunakan untuk orang sehat atau pada mereka yang
mempunyai hak atas kesehatan psikis yang penderitaannya menyiksa kita semua. Menurut
pendapat Jung ini, bangunan psikoterapi selain digunakan untuk fungsi kuratif
(penyembuhan), juga berfungsi preventif (pencegahan), dan konstruktif
(pemeliharan dan pengembangan jiwa yang sehat).
Wolberg (1967 dalam Phares dan Trull
2001), mengungkapkan bahwa psikoterapi
merupakan suatu bentuk perlakuan atau tritmen terhadap masalah yang sifatnya
emosional. Dengan tujuan menghilangkan simptom untuk mengantarai pola perilaku
yang terganggu serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang
positif.
Sedangkan menurut Corsini, psikoterapi adalah Proses interaksi
formal 2 pihak (2 orang/lebih), bertujuan memperbaiki keadaan yang tidak
menyenangkan (distres) pada salah 1 pihak karena tidak berfungsinya /
ketidakmampuan pada fungsi kognitif, afeksi atau perilaku, dengan terapis
berusaha mengembangkan memelihara atau mengubahnya dengan menggunakan metode2
sesuai pengetahuan & skill, serta bersifat profesional & legal.
Dari
definisi psikoterapi di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa psikoterapi adalah
suatu perawatan atau pengobatan terhadap masalah yang sifatnya emosional dengan
tujuan menghilangkan simptom yang dilakukan secara formal dengan interaksi dua
atau lebih pihak agar dapat mengubah perilaku yang negatif menjadi positif.
B.
Kegunaan Psikoterapi
1. Membantu penderita dalam
memahami dirinya, mengetahui sumber-sumber psikopatologi dan kesulitan
penyesuaian diri, memberi perspektif masa depan yang lebih cerah.
2. Membantu penderita
mendiagnosis bentuk-bentuk psikopatologi, dan
3. Membantu penderita
menentukan langkah-langkah praktis dan pelaksanaan pengobatannya.
C. Ciri Psikoterapi
1. Proses : Interaksi 2 pihak,
formal, profesional, legal, etis
2. Tujuan : Perubahan kondisi psikologis
individu -Ã pribadi yang positif / optimal (afektif, kognitif,
perilaku/kebiasaan)
3. Tindakan, berdasar :
a) Ilmu
(teori2), teknik, skill yang formal
b) Assessment
(data yang diperoleh melalui proses assessment – wawancara, observasi,
tes,dsb).
D. Tujuan terapi (Korchin) :
1. Memperkuat
motivasi klien untuk melakukan hal yang benar
2. Mengurangi
tekanan emosional
3. Mengembangkan
potensi klien
4. Mengubah
kebiasaan
5. Memodifikasi
struktur kognisi
6. Memperoleh
pengetahuan tentang diri
7. Mengembangkan
kemampuan berkomunikasi & hubungan interpersonal
8. Meningkatkan
kemampuan mengambil keputusan
9. Mengubah
kondisi fisik
10. Mengubah
kesadaran diri
11. Mengubah
lingkungan sosial
E. Teknik-teknik Psikoterapi
Sampai saat
ini, sebagaimana yang dikemukakan oleh Atkinson, terdapat teknik psikoterapi
yang digunakan oleh para psikiater atau psikolog yaitu:
1. Teknik terapi psikoanalisis, bahwa di dalam tiap-tiap individu
terdapat kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan yang menyebabkan konflik
internal tidak terhindarkan. Konflik yang tidak disadari itu memiliki pengaruh
yang kuat pada perkembangan kepribadian individu, sehingga menimbulkan stres
dalam kehidupan. Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah dari ego yang
berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini banyak
dikembangkan dalam Psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud.
2. Teknik terapi perilaku, yang menggunakan prinsip belajar untuk memodifikasi
perilaku individu. Teknik ini antara lain :
· Desensitisasi
sistematik dipandang sebagai proses deconditioning atau counterconditioning.
Prosedurnya adalah memasukkan suatu respons yang bertentangan dengan kecemasan
, seperti relaksasi. Individu belajar untuk relaks dalam situasi yang
sebelumnya menimbulkan kecemasan.
·
Flooding
adalah prosedur terapi perilaku di mana orang yang ketakutan memaparkan dirinya
sendiri dengan apa yang membuatnya takut, secara nyata atau khayal, untuk
periode waktu yang cukup panjang tanpa kesempatan meloloskan diri.
·
Penguatan
sistematis (systematic reinforcement) didasarkan atas prinsip operan, yang
disertai pemadaman respons yang tidak diharapkan. Pengkondisian operan disertai
pemberian hadiah untuk respons yang diharapkan dan tidak memberikan hadiah
untuk respons yang tidak diharapkan.
·
Pemodelan
(modeling) yaitu mencontohkan dengan menggunakan belajar observasionnal. Cara
ini sangat efektif untuk mengatasi ketakutan dan kecemasan, karena memberikan
kesempatan kepada klien untuk mengamati orang lain mengalami situasi penimbul
kecemasan tanpa menjadi terluka. Pemodelan lazimnya disertai dengan pengulangan
perilaku denganpermainan simulasi (role-playing).
·
Regulasi
diri melibatkan pemantauan dan pengamatan perilaku diri sendiri, pengendalian
atas kondisi stimulus, dan mengembangkan respons bertentangan untuk mengubah
perilaku maladaptif.
2. Teknik terapi kognitif perilaku, yaitu teknik memodifikasi perilaku
dan mengubah keyakinan maladaptif.
4.
Teknik terapi humanistik, yaitu teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian
yang membantu individu menyadari diri sesungguhnya dan memecahkan masalah
mereka dengan intervensi ahli terapi yang minimal.
5.
Teknik terapi eklektik atau integrative, yaitu memilih dari berbagai teknik
terapi yang paling tepat untuk klien tertentu, ketimbang mengikuti dengan kaku
satu teknik tunggal.
TABEL PERBEDAAN KONSELING DAN
PSIKOTERAPI
No.
|
Perbedaan pada
|
Konseling
|
Psikoterapi
|
Ahli
|
1.
|
Pendekatan
pemberian bantuan
|
- Pemberian dorongan
(supportive)
- Pemberian
pemahaman secara reedukatif (insight-reedukative)
|
- Pemberian
pemahaman secara rekonstruksi (insght-recontreuctive)
|
Hansen
|
2.
|
Intenstas masalah
|
-Problem ringan:
ketidakmatangan, ketidaksatabilan emosioanl dll
|
-Problem berat:
konflik yang serius, gangguan perasaan
|
Schneiders
|
- Individu normal
|
-Individu kurang
normal
|
Vance dan Volsky
|
||
-Peran dalam
kehidupan
|
-Konflik
interpersonal yang mendalam
|
Hansen
|
||
-Kecemasan normal
dan krisis situasional dalam sehari-hari
|
-Orang mengalami
tekanan emosional kronis
|
Nugent
|
||
3.
|
Cara penanganan
|
-Lebih berorientasi pada klien,
mementingkan hubungan dengan pendekatan humanistik
|
- Berorientasi pada terapi,
menggunakan teknik yang spesifik dengan psikoanalisis/ behavioristik dan
penanganan medis
|
Nelson-Jones
|
- psikolog
|
- psikiater
|
Black
|