welcom ^^

Minggu, 30 Juni 2013

Kesimpulan Materi Kesehatan Mental



Pertemuan Pertama (Maret)
“Konsep Sehat”
Manusia yang sehat mental adalah manusia yang mampu menguasai segala factor   dalam hidupnya sehingga ia dapat menguasai kekalutan mental sebagai akibat dari tekanan-tekanan perasaan, memiliki harapan hidup optimis dan manusia yang mampu memamfaatkan segala potensi, kapasitas, kreativitas, energy dan dorongan dalam diri.

Defenisi sehat beberapa Tokoh Psikologi:
  • Kepribadian sehat adalah yang memiliki orientasi produktif (Fromm)
  • Manusia sehat adalah manusia yang mencapai kematangan (Allport)   
  • Allport mengakui bahwa peranan orang tua (ibu) mempengaruhi perkembangan proprium anak.
  • Menurut Maslow, setiap individu memiliki potensi untuk berkembang (Personal growth). yang mampu mengaktualisasikan dirinya dan mencapai kebahagiaan (Maslow)
  • Manusia sehat adalah yang mampu mengalahkan kecemasan dan kebutuhan neurotiknya (Horney)
  • Orang yang sehat menurut Rogers adalah orang yang bisa mengaktualisasikan dirinya. Aktualisasi diri terjadi berkesinambungan, tidak statis. Aktualisasi diri adalah suatu proses yang sulit dan terkadang menyakitkan. (Carl Rogers).


KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT BUDAYA MASYARAKAT
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian profesional yang beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek.
Bagaimana Kepribadian yang Sehat??
a) Perluasan Perasaan Diri.
b) Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang Lain
c) Keamanan Emosional
d) Persepsi realistis
e) Keterampilan dan Tugas
f) Pemahaman Diri
g) Filsafat Hidup yang Mempersatukan

"Pendekatan kesehatan mental "
Dalam kesehatan mental ada beberapa para ahli yang mengemukakan semacam orientasi umum dan pola-pola wawasan kesehatan mental, salah satunya yaitu Saparinah Sardli (dalam Suroso, 2001: 132) yang mengemukakan tiga orientasi kesehatan mental.
1.  Orientasi Klasik
2.  Orientasi Penyesuaian Diri
3.  Orientasi Pengembangan Potensi Diri


Pertemuan ke2
“Teori Kepribadian Sehat Menurut Allport, Rogers, Maslow, dan Erick fromm”
1.    Menurut Allport
“Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya
http://isites.harvard.edu/fs/docs/icb.topic20826.files/Allport2.jpg
Ciri-Ciri Kepribadian yang Matang Menurut Allport :
1.     Ekstensi sense of self
2.     Hubungan hangat/akrab dengan orang lain, Kapasitas intimacy (hubungan kasih dengan keluarga dan teman) dan compassion (pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan setiap orang)
3.     Penerimaan diri:
Kemampuan untuk mengatasi reaksi berlebih hal-hal yang menyinggung dorongan khusus (misal : mengolah dorongan seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol diri, presan proporsional.
4.     Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan yaitu, kemampuan memandang orang lain, objek, dan situasi.
5.     Objektifikasi diri: insight dan humor yaitu, kemampuan diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain.
6.     Filsafat Hidup yaitu, ada latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang memberikan tujuan dan arti.

Peranan Positif Regards
Dalam hidupnya, manusia selalu mempunyai perasaan dan kebutuhan untuk dicintai, disukai dan diterima oleh orang lain.
Ciri Orang yang Berfungsi Sepenuhnya :
1) Keterbukaan terhadap pengalaman (openness to experience)
2) hidup menjadi (existential living)
3) keyakinan organismik (organismic trusting)
4) pengalaman kebebasan (experiental freedom)
5) kreativitas (creativity)

2. Menurut Rogers
Pendapat rogers : “ memahami dan menjelaskan teori kepribadian sehat menurut rogers, yang meliputi”
http://www.encounter.hu/sites/default/files/carlrogers_1_2.jpg
1. Perkembangan kepribadian atau “self” Menurut Rogers, pribadi yang sehat muncul dari aktualisasi diri seseorang dalam kehidupannya.
2. Peranan positive regard dalam pembentukan kepribadian individu Kebutuhan tersebut disebut “need for positive regard” Kebutuhan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :
1. conditional positive regard (bersyarat),
2. unconditional positive regard (tak bersyarat).

3. Abraham Maslow
http://0.tqn.com/d/psychology/1/0/m/9/Abraham_maslow.jpg
Hirarki Kebutuhan
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut. Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi kebutuhan tingkat berikutnya. Maslow membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi sebagai berikut:
1.     Kebutuhan Psikologis
2.     Kebutuhan Rasa Aman
3.     Kebutuhan Sosial
4.     Kebutuhan Akan Penghargaan
5.     Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri
http://us.123rf.com/400wm/400/400/thingamajiggs/thingamajiggs1202/thingamajiggs120200001/12704543-maslow-s-hierarchy-of-needs.jpg

4. Menurut Eric Fromm

https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT1gNMKwPM263oDZoudFWMfxe3wSkRK769RLzK_IOKe5o5UVzz5pw  
Teori ericfromm adalah teori yang menggunakan pendekatan sosial psikologis dimana pemusatan perhatianya pada penguraian cara-cara dimana struktur dan dinamika-dinamika masyarakat tertentu membentuk para anggotanya sehingga karakter para anggota tersebut sesuai dengan nilai yang ada pada masyarakat.
Kebutuhan dasar manusia menurut eric fromm:
  • Kebutuhan akan keberhubungan kebutuhan ini adalah secara spesifik aktif dan produktif mencintai orang lain
  •  Kebutuhan akan trandensi mengungguli alam menjadi mahluk yang kreatif
  •  Kebutuhan akan kemantapan ingin meiliki rasa bersahaja pada dunia dan orang lain supaya dapat beradaptasi di dunia 
  •  Kebutuhan akan idenditas brusaha untuk memiliki rasa idenditas personal dan   keunikan guna menciptakan rasa yang terlepas dari dunia 
  • Kebutuhan akan kerangka orientasi untukmencptakan rasa yang terlepas dari dunia
Pengertian Stress, Tipe-Tipe stress, dan simptom Reducing Respon Terhadap Stress                                                                                                                                              Pendapat Selye tersebut merangkum pendapat lain yang mengatakan bahwa stress pada hakekatnya merupakan stimulus dimana setiap peristiwa atau kejadian dalam kehidupan menimbulkan respon yang lebih berpotensi menekan emosional yang berujung pada menurunnya kesehatan tubuh.  Ada faktor individual dan sosial penyebab stres. Menurut Hans Selya membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan,
a. Eustress adalah respon stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang, dan menggairahkan.                                                                                            b. Distress merupakan respon stress yang buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi
c.  Optimal stress atau Neustress adalah stress yang berada antara eustress dan distres, merupakan respon stress yang menekan namun masih seimbang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.
Ada beberapa jenis-jenis/ tipe-tipe stressor psikologis (dirangkum dari folkman, 1984; Coleman,dkk,1984 serta Rice, 1992) yaitu:
1.     Tekanan (pressures)
2.     Frustasi
3.     Konflik
Ada 3 jenis konflik yaitu :
a.   Approach – approach conflict, terjadi apabila individu harus satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai.
b. Avoidence – avoidence conflict, terjadi bila individu diharapkan pada dua pilihan yang sama- sama tidak disenangi.
c. Approach – avoidence conflict, adalah situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama.
Symptom Reducing Responses terhadap Stress :
Mekanisme Pertahanan Diri                           
Kompensasi, Overcompensation / Reaction Formation, Sublimasi, Proyeksi, Introyeksi, Reaksi Konversi, Represi, SupresiDenial, Regresi, Fantasi, Negativisme dan Sikap Mengritik Orang Lain.
Pendekatan Problem Solving terhadap Stress 
          Salah satu cara dalam menangani stress yaitu menggunakan metode biofeddback, tekniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stress kemudian belajar untuk menguasainya.
Strategi Coping untuk Mengatasi Stress                                         
Menurut Lazurus penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
     1. Coping yang berfokus pada masalah (problem focused coping)
2. Coping yang berfokus pada emosi (problem focused coping)
Strategi Penanganan stress denagn mendekat dan menghindar
     1. Strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stress dan usaha untuk mengahadapi penyebab stress tersebut dengan cara mengahadapi penyebabnya atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung.
     2. Strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stress dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stress.

“Pengertian Koping Stres”
Mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku. 

 Pertemuan Kedua (April)
Penyesuaian Diri
Apabila ada keharmonisan emosi, perasaan positif, mengendalikan emosi dan tingkah laku, integrasi motif-motif akan muncul ketenangan mental. Kita tidak dapat memiliki satu tanpa yang lain-lainnya.
Pertumbuhan Personal
Teori Kepribadian Sehat Teori Kepribadian Sehat
  • Aliran Psikoanalisa
         Sigmund Freud (1856-1939) mengajukan satu dari teori-teori tentang tingkah laku manusia yang paling komprehensif dan paling berpengaruh dalam sejarah mutakhir. Muncul sebagai pokok perdebatan sejak diterbitkannya karya besarnya yang pertama pada tahun 1900 “The Interpretation of Dreams”, Freud merupakan seorang perintis yang mengabdikan hidupnya untuk mengupas masalah orang –orang yang menderita sakit mental.
  • Aliran Behaviorisme
          Yang mendapat sebutan “mazab kedua” dalam bidang ilmu tentang tingkah laku adalah para ahli yang berhubungan rapat dengan Behaviorisme. Teori yang bersifat umum ini dirumuskan oleh Jhon B. Watson (1878-1958) tepat pada peralihan abad ini. Ia berusaha menjadikan studi tentang manusia seobjektif dan seilmiah mungkin, ia berusaha mereduksikan tingkah laku manusia menjadi perkara kimiawi dan fisik semata.
  • Aliran Humanistik
         Studi tentang orang-orang yang sakit mental memang bernilai, tetapi tidak cukup.

Pertemuan 3 (Mei)
Pengertian dan Konsep Penyesuaian diri

 
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri, kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Kepribadian yang sehat ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai berikut:
  • Penyesuaian diri yang berarti adaptasi dapat mempertahankan eksitensi, atau bisa mempertahankan diri dan memperoleh kesejahteaan jasmani dan rohani
  • Penyesuaian diri berarti penguasaan diri dan kematangan emosional. 
  • Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
  • Penyesuaian diri berarti penguasaan diri dan kematangan emisional. Kematangan emosional berarti memiliki respons emosional yang sehat dan tepat pada setiap persoalan dan situ.
Konsep diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari oleh individu tersebut. Konsep diri yang sudah terbangun tidak mungkin tidak melakukan perubahan sama sekali, hanya tetapi akan terasa sulit. Perubahan biasanya paling mudah terjadi ketika adanya penerimaan dari orang lain yang membantu seseorang untuk mengurangi kecemasan dan ancaman serta untuk mengakui dan menerima pengalaman-pengalaman yang sebelumnya ditolak.
Pertumbuhan personal
Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan individu:
  • Faktor Genetik (Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis  kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen)
  • Faktor Eksternal/Lingkungan (Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya)
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari roses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal.

Hubungan Interpersonal
A. MODEL-MODEL HUBUNGAN ITERPERSONAL
1.     Model pertukaran sosial (social exchange model) Hubungan interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).
2.     Model peranan (role model) Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.
3.     Model permainan (games people play model) Model menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan.
4.     Model Interaksional (interacsional model) Model ini memandang hubungann interpersonal sebagai suatu sistem . Setiap sistem memiliki sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.
B. Memulai hubungan
Tahap-tahap dalam hubungan interpersonal yakni meliputi :
1.     Pembentukan (Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.)
2.     Peneguhan Hubungan (Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan)
C. Intimasi dan hubungan pribadi
(Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).

Cinta dan Perkawinan
Hirning dan Hirning (1956) mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan itu lebih kompleks dibandingkan yang terlihat. Dua orang memasuki perkawinan harus menyesuaikan satu sama lain dengan tingkatan yang berbeda-beda. Untuk tingkat organismik mereka harus menyesuaikan diri dengan sensori, motor, emosional dan kapasitas intelektual dan kebutuhan. Untuk tingkat kepribadian, masing-masing mereka harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan, keterampilan, sikap, ketertarikan, nilai-nilai, sifat, konsep ego, dan kepercayaan. Pasangan juga harus menyesuaikan dengan lingkungan mereka, termasuk rumah tangga yang baru, anak-anak, sanak keluarga, teman, dan pekerjaan.
Duvall dan Miller (1985) mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan itu adalah proses membiasakan diri pada kondisi baru dan berbeda sebagai hubungan suami istri dengan harapan bahwa mereka akan menerima tanggung jawab dan memainkan peran sebagai suami istri. Penyesuaian perkawinan ini juga dianggap sebagai persoalan utama dalam hubungan sebagai suami istri.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian perkawinan adalah dua orang memasuki tahap perkawinan dan mulai membiasakan diri dengan situasi baru sebagai suami istri yang saling menyesuaikan dengan kepribadian, lingkungan, kehidupan keluarga, dan saling mengakomodasikan kebutuhan, keinginan dan harapan.





Sumber:
http://WEB-INF.prmob.net/views/ltr/article.jspx
http://megha-blogs.blogspot.com/2013/04/a.html
Daftar pustaka:
http://www.psychologymania.com/2010/03/gordon-allport-tokoh-psikologi.html
Suryabrata Sumadi, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D. Psikologi Kepribadian. PT Raja Grafindopersada. Jakarta. 2008 Hall S. Calvin & Lindzey Gardner. Teori-teori psikodinamik (klinis). KANISIUS (Anggota IKAPI). Yogyakarta. 1993
http://makalahpsikologi.blogspot.com/2010/08/kepribadian-sehat-menurut-abraham.html
sumber foto :
 http://www.123rf.com/photo_12704543_maslow-s-hierarchy-of-needs.html
 http://www.encounter.hu/sites/default/files/carlrogers_1_2.jpg
 http://isites.harvard.edu/fs/docs/icb.topic20826.files/Allport2.jpg
 http://0.tqn.com/d/psychology/1/0/m/9/Abraham_maslow.jpg
 http://www.theosophyonline.com/userfiles/image/Erich_Fromm.jpg

Sumber

Sunanti Z. Soejoeti. Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial Budaya.1-11

Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat. Alih bahasa : Yustinus. Yogya : Kanisius 
(Sumber :Rochman, K.L. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto : Fajar Media Press)
 (Sumber : Syamsu Yusuf. 2009. Mental Hygiene. Bandung : Maestro)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar