Konsep Sehat
Banyak
ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain
bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep
sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan
sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan
manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis
maupun sosio budaya.
- Manusia yang sehat mental adalah manusia yang mampu menguasai segala factor dalam hidupnya sehingga ia dapat menguasai kekalutan mental sebagai akibat dari tekanan-tekanan perasaan.
- Manusia yang sehat adalah yang memiliki harapan hidup optimis.
- Manusia yang sehat mental adalah manusia yang mampu memamfaatkan segala potensi, kapasitas, kreativitas, energy dan dorongan dalam diri.
- Efesiensi mental: Menggunakan kapasitas-kapasitas untuk mencapai tujuan hidup sebaik mungkin, dan manusia sehat mental adalah manusia yang memamfaatkan kapasitas-kapasitas secara efektif.
Defenisi sehat beberapa
Tokoh Psikologi:
- Kepribadian
sehat adalah yang memiliki orientasi produktif (Fromm)
- Manusia
sehat adalah manusia yang mencapai kematangan (Allport)
- Allport
mengakui bahwa peranan orang tua (ibu) mempengaruhi perkembangan proprium
anak.
- Menurut
Maslow, setiap individu memiliki potensi untuk berkembang (Personal
growth). yang mampu mengaktualisasikan dirinya dan mencapai
kebahagiaan (Maslow)
- Manusia
sehat adalah yang mampu mengalahkan kecemasan dan kebutuhan neurotiknya (Horney)
- Orang
yang sehat menurut Rogers adalah orang yang bisa
mengaktualisasikan dirinya. Aktualisasi diri terjadi berkesinambungan,
tidak statis. Aktualisasi diri adalah suatu proses yang sulit dan
terkadang menyakitkan. (Carl Rogers).
Pribadi normal dengan mental yang sehat akan
bertingkah laku kuat dan dapat diterima oleh masyarakat luas. Sikap hidup
individu yang sehat dan normal adalah sikap yang sesuai dengan norma dan pola
hidup kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal dan intersosial
yang memuaskan. Pribadi yang normal dengan mental sehat merupakan integritas
jasmani-rohani
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa:
Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus
dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsure – unsure fisik,
mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral
kesehatan.
Definisi
sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun
(kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas
kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari- hari)
seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan
kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit.
"KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT BUDAYA
MASYARAKAT"
Istilah
sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian profesional yang
beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya
dengan kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu,
sehat harus dilihat dari berbagai aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek.
Definisi
WHO (1981):Health is astate of complete physical, mental and social well being,
and not merely the absence of disease or infirmity. Yang artinya suatu keadaan
sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang. Sebatas
mana seseorang dapat dianggap sempurna jasmaninya?
Oleh
para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di Pandang sebagai disiplin
biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya
dari tingkah laku manusia. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal
ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat
menjalankan peran normalnya secara wajar. Cara hidup dan gaya hidup manusia
merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam
penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit.
Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu:
Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang
menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan
hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin
seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Sehat bagi seseorang berarti suatu
keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari
dengan gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang
menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang
tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat.
Sedangkan konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit(illness)
disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang Dapat berupa makhluk bukan
manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang
sihir, tukang tenung).
Bagaimana Kepribadian
yang Sehat??
a) Perluasan Perasaan
Diri.
Orang yang matang adalah
mereka yang mengembangakan perhatian di luar dirinya. Tidak hanya sekedar
berinteraksi dengan sesuatu di luar dirinya, namun ia akan berpartisipasi penuh
dan total ” partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana
yang penting dari usaha manusia ”. Kesehatan psikologis seseorang berbanding
lurus dengan peranannya terhadap aktivitas yang dilakukkan
b) Hubungan Diri
yang Hangat dengan Orang Lain
Orang yang sehat secara
psikologis mampu memperlihatkan cinta terhadap orang tua, teman, dan anak .
Terdapat perbedaan antara cinta orang yang neurosis dan cinta dari pribadi yang
sehat. Orang yang neurosis harus menerima cinta lebih banyak dari pada
kemampuan mereka untuk memberinya, dan syarat akan kewajiban. Sedangkan cinta
dari pribadi yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan, sabar terhadap
tingkah laku orang lain, serta tidak mengadili atau menghukumnya
c) Keamanan Emosional
Kepribadian yang sehat
mampu menerima semua segi yang terdapat pada mereka, termasuk segala kelemahan
dan kekurangan tanpa menyerah secara pasif. Orang yang sehat mampu hidup dengan
segi lain dalam kodratnya, dengan memilki sedikit konflik, baik dengan diri
sendiri terlebih dengan masyarakat.
d) Persepsi realistis
Orang yang sehat memandang
dunia mereka secara objektif. Mereka tidak memepercaai bahwa orang di luar
dirinya dan lingkungan bersikap kurang bersahabat atau semuanya baik menurut
prasangka pribadi terhadap realitas
e) Keterampilan dan Tugas
Keberhasilan dalam
pekerjaan menunjukkan keterampilan dan bakat tertentu. Menurt Allport orang
yang sehat tidak akan tidak mengarahkan keterampilan pada pekerjaan. Komitmen
pada orang sehat begitu kuat sehingga mengantarkan mereka pada kesanggupan
menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan dorongan ketika
terbenam dalam pekerjaan.
f) Pemahaman Diri
Usaha untuk memahami diri
secara obyektif mulai pada awal kehidupan dan tidak akan pernah berhenti,
tetapi ada kemungkinan mencapai suatu tingkat pemahaman diri
(self-objectification) tertentu yang berguna dalam setiap usia. Tentunya
kepribadian yang sehat akan mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih
tinggi daripada orang-orang yang neurotis.
g) Filsafat Hidup yang
Mempersatukan
Orang yang sehat tentunya
akan melihat ke depan, yang didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana
jangka panjang. Menurut
Sumber
Sunanti Z. Soejoeti. Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam
Konteks Sosial Budaya.1-11
Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan : Model-model
Kepribadian Sehat. Alih bahasa : Yustinus. Yogya : Kanisius
"Sejarah perkembangan kesehatan mental"
Zaman Prasejarah
Manusia purba sering
mengalami gangguan mental atau fisik, seperti infeksi, artritis, dll.
Zaman peradaban awal
1. Phytagoras (orang yang
pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental)
2. Hypocrates (Ia
berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit mental)
3. Plato (gangguan mental
sebagian gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa dewa)
Zaman Renaissesus
Pada zaman ini di
beberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan filsafat mulai
menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam dunia tahayul.
Era Pra Ilmiah
1. Kepercayaan
Animisme
Sejak zaman dulu gangguan
mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu kepercayaan terhadap faham
animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa.
Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami gangguan mental, karena dewa
marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka
mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dan kurban.
2. Kepercayaan Naturalisme
Suatu aliran yang
berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam. Hipocrates
(460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit.
Dia mengatakan, Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak
yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat roh, dewa, atau
hantu yang melukai badan anda. Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel
(1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan sosial yang baru untuk memecahkan
problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di
Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai, diikat ketembok dan tempat
tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20 tahun atau lebih, dan mereka
dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya,
diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak lagi menunjukkan
kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.
Era Modern
Perubahan luar biasa dalam sikap dan
cara pengobatan gangguan mental terjadi pada saat berkembangnya psikologi
abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush
(1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah
sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang gila atau sakit ingatan). Pada
waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan
penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan
mereka sekali-kali diguyur dengan air.
Rush melakukan suatu usaha yang sangat
berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut
melalui penulisan artikel-artikel. Secara berkesinambungan, Rush mengadakan
pengobatan kepada pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau
bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Pada tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul.
Perkembangan gerakan mental hygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting
Beers (1876-1943) bahkan karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the
MentalHygiene Movement. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas
dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat
manusiawi.
Secara hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3
Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The National Mental Health Act.,
yang berisi program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan
mental seluruh warga masyarakat. Bebarap tujuan yang terkandung dalam dokumen
tersebut meliputi
1) Meningkatkan kesehatan
mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat,
melalui penelitian, investigasi, eksperimen, penayangan
kasus-kasus, diagnosis, dan pengobatan.
2) Membantu
lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan
meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan dan
mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya.
3) Memberikan
latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental.
4) Mengembangkan dan
membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan
pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental.
Pada tahun 1950, organisasi mental
hygiene terus bertambah,
yaitu dengan berdirinya National
Association for Mental Health. Gerakan mental hygiene ini terus berkembang
sehingga pada tahun 1975 di Amerika terdapat lebih dari seribu perkumpulan
kesehatan mental. Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation forMental
Health dan The World Health Organization.
(Sumber : Syamsu Yusuf. 2009. Mental
Hygiene. Bandung : Maestro)
"Pendekatan kesehatan mental "
Dalam kesehatan mental
ada beberapa para ahli yang mengemukakan semacam orientasi umum dan pola-pola
wawasan kesehatan mental, salah satunya yaitu Saparinah Sardli (dalam Suroso,
2001: 132) yang mengemukakan tiga orientasi kesehatan mental.
1. Orientasi Klasik
Seseorang dianggap sehat
bila ia tidak mempunyai keluhan tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas,
rendah diri atau perasaan tidak berguna yang semuanya menyembulkan perasaan
sakit atau rasa tidak sehat, serta mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari.
2. Orientasi
Penyesuaian Diri
Seseorang dianggap sehat
mental bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang
lain serta lingkungan sekitarnya
3. Orientasi
Pengembangan Potensi Diri
Seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensinya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.
(Sumber :Rochman,
K.L. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto : Fajar Media Press)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar